Pemateri: KH DR. Miftah Farid
Materi: Pujian adalah mutlak milik Allah
Pengantar oleh KH Abdullah Gymnastiar
Pujian memiliki efek yang luar biasa, dengan pujian seseorang bisa menjadi terlena dan menjadi ingin selalu dipuji. Sehingga, semua perbuatan yang dilakukannya tidak lagi karena mengharap keridhaan Allah, tetapi karena ingin dipuji oleh makhluk.
Pujian akan semakin merusak bila berkenaan dengan amal sholeh dan ibadah. Pujian memang dapat membuat orang menjadi termotivasi untuk berbuat lebih baik, tetapi Islam mengajarkan kepada kita untuk melakukan segala sesuatu dengan ikhlas, tidak mengharapkan sesuatu dari makhluk. Jangan sampai terjadi, saat kita dipuji - kita semangat, begitu tidak dipuji - kita tidak bersemangat, dan pada saat dicela kita patah semangat.
Pujian dapat membuat kita salah menilai diri sendiri, dan menjadi terpenjara. Sebagai contoh, ketika seseorang mendapatkan predikat teladan, kalau sampai hal ini masuk kedalam hati, dia akan sulit menerima nasehat dari orang lain dan menjadi sombong, karena dia merasa teladan. Sehingga, untuk mempertahankan predikat ini, dia akan rela berbuat apapun untuk mempertahankan gelar ini, semua hal dilakukan demi agar predikat ini tidak lepas dari diri. Tidak ada lagi keikhlasan.
Pujian boleh dilakukan asalkan dilakukan secara objektif. Rasulullah SAW pernah memuji sahabat. Namun, pujian beliau dilakukan dengan jujur dan penuh kearifan. Beliau tahu ahwa pujiannya tidak akan menjadikan para sahabatnya itu sombong.
Berhati-hatilah dengan pangkat dan jabatan, jangan bersembunyi dibaliknya, jangan sampai tertipu dengan pujian orang lain, karena mereka tidak mengetahui siapa diri kita kecuali yang nampak saja, padahal masih begitu banyak aib yang masih ditutup oleh Allah.
Ringkasan Materi:
Janganlah menjadi orang yang senang dipuji, pujian adalah mutlak milik Allah, maka dari itu kembalikanlah setiap pujian yang tertuju pada kita kepada Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), jangan merampas hak Allah. Hal ini sebaiknya sering dilakukan untuk melatih diri kita agar tidak lagi terpengaruh dengan pujian. Jangan melakukan sesuatu karena ingin dipuji, karena ini adalah syirik kecil.
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (QS. An Nasr: 1-3)Begitulah, setelah kota Mekkah jatuh ke tangan kaum muslim, banyak orang musyrik yang berbondong-bondong masuk Islam. Hal ini membuat Rasul bahagia, tetapi Allah mengingatkan Rasul untuk tetap bertasbih, bertahmid dan beristigfar. Sebagai manusia kita tidak bisa luput dari dari kesalahan. Maka disaat kita sukses, pada saat yang sama pasti ada seseorang yang tersingkir, oleh sebab itu sucikan Allah, pujilah DIA karena telah memenangkan kita, dan mohon ampunlah karena ada seseorang yang tersakiti karena keberhasilan kita.
Inna sholati wanusuki, wamah yaaya wamamaati lillahi rabbil ‘alamien (Sesungguhnya sholatku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah penguasa alam semesta). Amal adalah ibadah hati. Maka, bila dihati timbul keinginan untuk dipuji oleh makhluk, beristigfarlah.
Teruslah bermuhasabah untuk memeriksa niat, apakah kita melakukannya murni karena Allah? Kembalikan segala pujian kepada Allah, dan ketika ada yang mencela, bersyukurlah, karena sesungguhnya Allah masih menutup aib-aib kita, yang sejatinya lebih banyak.
Wallaahu a’lam bish-shawaab