Pemateri: KH Abdullah Gymnastiar
Materi: Memakmurkan masjid dalam arti sebenarnya
Ringkasan Materi:
Oleh Allah kita ditakdirkan hidup di Indonesia, negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Kemarin, waktu mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Singapura, terlihat dengan jelas kegigihan umat disana dalam berislam. Padahal, umat islam disana tergolong minoritas, hanya 15% dari total penduduk Singapura. Kota di Singapura terlihat sangat bersih, rapi, dan tertata, untuk naik taxi ataupun bus kita diharuskan antri dengan tertib. Masjid dan madrasahnya pun bersih dan tertata, sangat nyaman.
Padahal, biaya hidup disana juga tidak murah. Bagaimana bisa? darimana biayanya? hal ini terjadi karena kecintaan mereka pada segala sesuatu yang berkaitan dengan islam.
Hal seperti ini sulit ditemui di Indonesia. Bahkan, kata beberapa orang, (karena bau) untuk mencari tempat wudhu kita tidak usah menggunakan mata, cukup dengan mencium baunya saja sudah terdeteksi. Saat ini, masjid sudah semestinya dapat dikelola secara professional, sehingga jamaah dapat memperoleh manfaat, tidak hanya dalam hal beribadah kepada Allah saja tetapi juga dalam hubungannya dengan alam.
Masjid diharapkan dapat menjadi contoh yang benar, mulai dari kebiasaan bersuci, melakukan segala sesuatu dengan tepat waktu, dan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Kalau untuk bisa bekerja di hotel saja harus bersekolah dahulu, kenapa di masjid tidak? Sudah saatnya masjid mempunyai standarisasi SDM, sehingga masjid ini bisa menjadi tempat yang luar biasa bagi jamaahnya. Imam, muadzin dan marbot harusnya sudah dibekali berbagai ilmu guna memberdayakan masjid dan para jamaah yang berkunjung kesana.
Bagi para jamaah juga begitu, semestinya sudah tidak lagi berat dalam menyisihkan rejekinya untuk memakmurkan masjid. Memakmurkan masjid bukan melulu soal sholat berjamaah, tetapi juga bagaimana sebuah masjid bisa menjadi tempat memberdayakan umat, sehingga mampu menjadi mahkluk mulia.
Sesi II
Pemateri: Ustadz Edi Abu Marwa
Materi: Kematian
Ringkasan Materi:
Beberapa saat lalu rekan saya meninggal dunia. Kematian adalah sebuah kebenaran yang sering dinistakan manusia. kematian adalah sesuatu yang pasti tapi didustakan, karena perilakunya menunjukka bahwa dia seolah-olah meragukan datangnya kematian. Bukankah Al-Quran menyatakan bahwa,
"Setiap jiwa akan merasakan kematian?" (QS. Ali'Imran: 183)Dengan men-tafakuri kejadian ini ada beberapa hal yang bisa diperoleh, antara lain:
- bahwa kematian itu akan datang tiba-tiba
- waktu kematian tidak dapat dimajukan atau dimundurkan
- jika kematian datang, niscaya kita akan merasakan sakit yang luar biasa.
Janganlah bertingkah seperti kambing kurban, yang bersikap acuh terhadap kematian temannya, padahal pada gilirannya nanti dia juga akan ikut disembelih.
Wallaahu a’lam bish-shawaab