Pemateri: KH Abdullah Gymnastiar
Materi: Munafik
Ringkasan Materi :
Dari 2(dua) hal berikut ini, manakah yang lebih baik: orang buruk yang terlihat buruk atau orang buruk yang terlihat baik?
Orang buruk yang terlihat buruk adalah lebih baik, karena kita bisa mewaspadainya. Sedangkan yang cuma terlihat baik, ini bisa menjadi sesuatu yang sulit dihadapi.
Ciri orang munafik ada 3, yaitu: berkata bohong, tidak menepati janji, dan bila dipercaya berkhianat.
Munafik adalah pemain watak, bermuka dua, selalu ingin terlihat baik dan sholeh, tetapi pembicaraan dan perbuatannya sangat berbeda dengan keadaan hatinya. Dia merasa sudah sholeh dan mendapat ampunan. Padahal segala sesuatu dilakukan agar dilihat mahkluk, Allah sudah tidak penting lagi, menggunakan agama hanya sebagai komoditas, naudzubillah min zalik.
Agar terhindar dari sifat ini, seyogyanya kita sering-sering mengukur diri sendiri, apakah kita sudah dekat dengan Allah atau tidak. Kita harus berani untuk mengetahui siapa diri kita sebenarnya, buanglah topeng kekuasaan, keilmuan, kekayaan yang selama ini melekat.
Cari tahu kekurangan diri ini. Salah satu cara untuk mengenal diri adalah dengan bertanya kepada teman disekitar kita, orang yang setiap hari bergaul dengan kita, minta pendapat mereka, karena pendapat mereka sangat obyektif. Beranilah mencari keburukan dan kekurangan diri.
Sesi II
Pemateri: KH DR. Miftah Farid
Materi: Amanah (Kejujuran)
Ringkasan Materi :
Seseorang bertanya kepada Nabi SAW, "Ya Rasulullah, terangkan kepadaku, apa yang paling berat dan apa yang paling ringan dalam beragama Islam?"
Nabi bersabda, "Yang paling ringan dalam beragama Islam ialah membaca syahadat atau kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasulullah."Kejujuran menjadi salah satu sifat utama para Nabi, salah satu akhlak penting orang-orang yang saleh. Bahkan Nabi Muhammad dikenal dengan sebutan Al Amin dikarenakan kejujuran beliau.
"Sedang yang paling berat adalah hidup jujur (dapat dipercaya). Sesungguhnya, tidak ada agama bagi orang yang tidak jujur. Bahkan, tidak ada shalat dan tidak ada zakat bagi mereka yang tidak jujur." (HR Ahmad Bazzar).
Seperti kisah Umar bin Khaththab berikut,
Umar bin Khaththab pernah bertemu dengan seorang anak yang sedang menggembalakan kambing. Dia meminta kepadanya untuk menjual seekor kambingnya kepadanya.
Kemudian penggembala itu berkata, "Kambing-kambing ini bukan milikku, dan majikanku tidak mengizinkanku untuk menjualnya."
Umar mengatakan, "Juallah satu ekor kambing itu kepadaku, aku akan memberikan uangnya kepadamu. Kemudian katakan kepada majikanmu bahwa seekor serigala telah memakan seekor kambingnya."
Penggembala itu menjawab, "Kalau begitu, di mana Allah ?"
Keesokan harinya Umar menemui tuan si pengembala dan dibelinya kambing itu sehingga pemuda itu bisa dibebaskan dari perbudakan.
Kejujuran adalah kunci keberkahan. Kalau kejujuran sudah hilang di tengah-tengah masyarakat, keberkahannya pun akan hilang pula. Dan, apabila keberkahan sudah hilang, kehidupan menjadi kering, hampa tanpa makna. Lautan tinggal lautan, hujan tidak lagi menjadi rahmat, bahkan sinar mataharipun berubah menjadi ancaman.
Mari hidup dengan jujur, karena jujur itu nikmat, jujur itu barokah
Wallaahu a’lam bish-shawaab