Pemateri: KH Abdullah Gymnastiar
Materi: Israf (berlebihan)
Ringkasan Materi:
Allah menginginkan kita untuk berpikir tengah-tengah, tidak berlebihan. Dalam bersikap kita harus tawadhu - tidak sombong ataupun minder, dalam membelanjakan harta tidak boleh boros ataupun kikir, dalam bertindak tidak boleh nekat ataupun bersikap pengecut.
Berlebihan adalah tindakan yang terbentuk karena kita terlalu memperturutkan nafsu, melakukan sesuatu atas dasar keinginan, bukan karena kebutuhan.
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al Araaf: 31)Dalam contoh sehari-hari, saat menggunakan air wudhu dan saat makan janganlah berlebihan, kalau kurang lebih baik menambah daripada mengambil secara berlebihan dan sisanya terbuang percuma. Ingat, semua perbuatan kita akan dipertanggung jawabkan, termasuk kelebihan yang mubadzir tadi.
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." (QS. Al Furqan: 67)
"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlahkamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan dan syaithan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al Israa: 26-27)
Berbicara pun juga demikian, ibarat peluru/anak panah, kata-kata yang terlepas dari mulut tidak akan dapat ditarik lagi. Maka dari itu, bicaralah seperlunya saja, tidak usah ditambah-tambahi agar terlihat pintar.
"Dari Hafsh bin ‘Aashim, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Cukuplah seseorang dianggap pendusta jika ia mengatakan setiap apa yang ia dengar” (HR. Muslim)Wallaahu a’lam bish-shawaab
"Sesungguhnya Allah melarang kamu banyak omong, yang diomongkan tidak bermanfaat dan menyia-nyiakan harta serta banyak bertanya." (HR. Asysyihaab)
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keridhoan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)