Pemateri: KH Abdullah Gymnastiar
Materi: Proporsional
Ringkasan Materi:
Sebaik-baiknya urusan adalah yang pertengahan, dalam hal membelanjakan harta tidak boleh boros ataupun kikir, pada saat bersikap tidak boleh takabur ataupun minder. Islam mengajarkan untuk mengerjakan segala sesuatu secara proporsional, pas, tidak lebih dan tidak juga kurang.
Sesuatu yang dikerjakan tidak dalam porsinya akan membuat hidup menjadi tidak tenang. Hiduplah dengan normal, tidak usah ingin terlihat hebat, intelek, sholeh, mulia, ataupun kaya. Cukup tampil apa adanya, biasa saja, tidak usah bersembunyi dibalik topeng.
Dahulu, seorang istri pernah mengeluhkan sikap suaminya yang selalu berpakaian compang camping agar terlihat zuhud dan wara' kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, kemudian Ali menegur sang suami agar berpakaian sewajarnya karena dia mampu untuk melakukannya. Dari kisah ini kita bisa belajar untuk menaruh segala sesuatu pada tempatnya. Adil, karena berlaku adil lebih dekat dengan taqwa.
Tambahan materi updated : 27 Maret 2010
Ketika Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib pergi menjenguk kesehatan sahabatnya al-'Ala' ibn Ziyad al-Haritsi, Al-'Ala' berkata kepadanya: Ya Amirul Mukminin, saya hendak mengadu kepada Anda tentang saudara saya, 'Ashim ibn Ziyad.
Amirul Mukminin bertanya: Ada apa dengan dia?
Al-'Ala' berkata: la memakai baju bulu domba (kasar) dan menjauhkan dirinya dari dunia.
Amirul Mukminin berkata: Hadapkan dia kepada saya.
Ketika ia tiba, Amirul Mukminin berkata: Wahai musuh diri Anda sendiri. Sungguh iblis telah menyesatkan Anda. Apakah Anda tidak merasa kasihan kepada istri dan anak-anak Anda? Apakah Anda percaya bahwa apabila Anda memakai pakaian yang dihalalkan Allah bagi Anda maka la tidak akan menyukai Anda? Anda terlalu tak penting bagi Allah untuk itu.
la berkata: Ya Amirul Mukminin, Anda pun memakai pakaian kasar dan memakan makanan kasar.
Kemudian ia menjawab: Celakalah Anda, saya tidak seperti Anda. Sesungguhnya Allah Yang Mahatinggi telah mewajibkan pada pemimpin yang sesungguhnya supaya mereka menyesuaikan diri pada tingkat rakyat yang rendah sehingga orang miskin tidak menangis karena kemiskinannya.• (Nahjul Balaghah khotbah 208)
Sesi II
Pemateri: Ust. Roni Abdul Fattah
Materi: Tidak berlebih-lebihan dalam beribadah
Ringkasan Materi:
Islam dihadirkan sebagai umat wasatha, umat pertengahan. Sehingga, dalam beribadah kita tidak boleh berlebihan, beribadahlah sesuai dengan tuntunan Rasul, sebatas kemampuan kita.
Dalil berikutnya yang memerintahkan kita untuk beribadah tanpa disertai sikap ghuluw adalah sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim rahimahumallah dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:
Tiga orang sahabat datang ke rumah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka ingin menanyakan tentang ibadah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah mereka memperoleh kabar tentang ibadah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka merasa seakan-akan ibadah Nabi sedikit. Mereka menyatakan, “Di manakah posisi kita dibandingkan Nabi? Padahal Nabi telah mendapatkan ampunan untuk dosa yang telah lewat dan yang akan terjadi.”
Akhirnya salah seorang di antara mereka berkata, “Adapun saya, saya akan menegakkan shalat malam selamanya (tidak akan tidur malam).” Yang kedua berkata lain, “Sedangkan saya akan berpuasa selamanya dan tidak ingin berbuka walau sehari.” Adapun sahabat terakhir bertekad, “Saya akan menjauhi wanita dan tidak ingin menikah selamanya.”
Kemudian, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui mereka dan bertanya: “Apakah benar kalian yang mengatakan demikian dan demikian? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah manusia yang paling takut kepada Allah dibandingkan kalian. Aku adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah dibandingkan kalian. Akan tetapi, aku berpuasa dan tetap berbuka. Aku shalat malam dan terkadang juga tidur. Aku pun menikahi kaum wanita. Maka, barangsiapa membenci sunnahku, dia tidak termasuk golonganku.” (HR. Bukhari - Muslim)
Materi: Macam Penyakit
Ringkasan Materi:
Menurut Imam Ghazali, penyakit dibedakan menjadi dua, yaitu: Penyakit Lahir dan Penyakit Batin.
Penyakit lahir ini biasanya yang punya lebih tahu dari pada orang lain, paling parah berujung pada kematian, dan bisa jadi kematian ini adalah awal dari kebahagiaan yang abadi. Sedangkan penyakit batin/hati ini biasanya orang lain lebih tahu dari yang punya, dan apabila belum sembuh, hal ini akan menimbulkan kesengsaraan, meskipun kematian datang menjemput. Tidak ada ceritanya orang masuk neraka gara-gara penyakit lahir. Tetapi, penyakit hati sangat berpotensi untuk membawa seseorang masuk neraka.
"Tidak akan masuk surga barangsiapa yang di dalam hatinya ada sebesar zarrah kesombongan. (Yaitu) menolak kebenaran dan meremehkan orang lain" (HR. Muslim)Secara global, penyakit hati bisa disembuhkan dengan :
- berdoa kepada Allah agar diberi hati yang sehat
- membaca Al Qur'an lengkap dengan maknanya
- sholat malam
- berkumpul dengan orang sholeh
- puasa, dan
- berdzikir
“ Dan kami turunkan Al-Quran suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan dalam Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim kecuali kerugian “ (QS. Al-Israa: 82)
catatan admin: Mohon maaf, dikarenakan ada gangguan teknis saat me-relay siaran, jadi ada beberapa point ceramah ust. Roni yang tidak saya transkrip.